Laman

Rabu, 30 November 2016

Diabetes Militus

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) Penyakit Diabetes Mellitus (DM) atau dikenal juga di masyarakat sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses) karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut. Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
 1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria) 
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia) 
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria) 
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki 
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu 
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba 
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya 
10.Mudah terkena infeksi terutama pada kulit. Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. 
Gejala kencing manis dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 
1. Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis.  Tipe Penyakit Diabetes Mellitus 1. Diabetes mellitus tipe 1 Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana tubuh kekurangan hormon insulin,dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Hal ini disebabkan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja. Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan pemberian therapi insulin yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat test gula darah. Terutama pada anak-anak atau balita yang mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai penyakit. 2. Diabetes mellitus tipe 2 Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).


Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sell dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin, diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan pemberian tablet diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk diberikan.  Kadar Gula Dalam Darah Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150 mg/dL {millimoles/liter (satuan unit United Kingdom)} atau 4 - 8 mmol/l {milligrams/deciliter (satuan unit United State)}, Dimana 1 mmol/l = 18 mg/dl. Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan mengalami penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan mengalami hyperglycemia apabila kadar gula dalam darah jauh diatas nilai normal, sedangkan hypoglycemia adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal. Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa mencapai level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl. Banyak alat test gula darah yang diperdagangkan saat ini dan dapat dibeli dibanyak tempat penjualan alat kesehatan atau apotik seperti Accu-Chek, BCJ Group, Accurate, OneTouch UltraEasy machine. Bagi penderita yang terdiagnosa Diabetes Mellitus, ada baiknya bagi mereka jika mampu untuk membelinya.  Pengobatan dan Penanganan Penyakit Diabetes Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan therapi insulin (Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan, selain itu adalah dengan berolahraga secukupnya serta melakukan pengontrolan menu makanan (diet). Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.

Diagnosis

TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI

DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI PENYAKIT







Disusun Oleh :
Kelompok 5
 Kelas A
                                     
                                    Menry Sihotang                     G1B013014
                                    Fuandho Alfatihana P          G1B013029
Nanda Eka Putri                   G1B014011
                                    Rafita Nur Afifah                 I1A015022
                                    Nur Afiyani                           I1A015029
Nafiah Nuzul Fajriyati         I1A015047
Oktovany Agmal Armanda I1A015083
                                                                              


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO

2016

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Epidemiologi merupakan disiplin ilmu inti dari ilmu kesehatan masyarakat (public health). Profesor Sally Blakley dalam kuliah pengantar epidemiologi pada Tulane School of Public Health and Tropical Medicine, New Orleans, pada 1990 menyebut epidemiologi ”the mother science of public health”(Blakley, 1990). Kesehatan masyarakat bertujuan melindungi, memelihara, memulihkan, dan meningkatkan kesehatan populasi. Sedang epidemiologi memberikan kontribusinya dengan mendeskripsikan distribusi penyakit pada populasi, meneliti paparan faktor -faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya perbedaan distribusi penyakit tersebut. Pengetahuan tentang penyebab perbedaan distribusi penyakit selanjutnya digunakan untuk memilih strategi intervensi yang tepat untuk mencegah dan mengendalikan penyakit pada populasi, dengan cara mengeliminasi, menghindari, atau mengubah faktor penyebab tersebut.
Persepsi masyarakat tentang kriteria tubuh sehat atau sakit, sifatnya tidaklah selalu obyektif. Bahkan banyak unsur subjektif dalam menentukan kondisi tubuh seseorang. Persepsi masyarakat tentang sehat/sakit ini dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial budaya. Sebagai contohnya indonesia mengacu pada International Statistical Classification of Diseases disingkat dengan ICD seperti yang telah ditetapkan dalamSK Menteri Kesehatan RI No.50/Menkes/SK/I/1998Yang di Indonesia lebih dikenal dengan nama Klasifikasi Internasional Penyakit (KIP/10). Dalam ICD tersebut menjelaskan tentang pengkodean atas penyakit dan tanda-tanda, gejala, temuan-temuan yang abnormal, keluhan, keadaan sosial dan eksternal yang menyebabkan cedera atau penyakit, seperti yang diklasifikasikan oleh World Health Organization (WHO).

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian diagnosis dan sebutkan jenis-jenis diagnosis penyakit ?
2.      Jelaskan pengertian definisi kasus dan status kesehatan
3.      Jelaskan tentang pengklasifikasian penyakit berdasarkan ICD (International  Classification Of  Desease).

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian diagnosis dan jenis-jenis diagnosis penyakit.
2.      Untuk menjelaskan mengenai definisi kasus dan status kesehatan.
3.      Untuk mengetahui pengklasifikasian penyakit dengan sistem informasi kesehatan yang di dalamnya mencakup tentang klasifikasi penyakit yang sering dipakai di Indonesia serta berdasarkan ICD (International  Classification Of  Desease).





























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Diagnosis
            Diagnosis adalah upaya untuk menegakkan atau mengetahui jenis penyakit yang diderita oleh seseorang (Ahlbom dalam Bustas, 2002). Sedangkan menurut kamus kesehatan diagnosis adalah identifikasi sifat-sifat penyakit atau kondisi atau membedakan satu penyakit atau kondisi dari yang lainnya. penilaian dapat dilakukan melalui : pemeriksaan fisik, test laboratorium atau sejenisnya, dan dapat dibantu oleh program komputer yang dirancang untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan.
            Proses diagnostik merupakan perpaduan dari aktivitas intelegtual dan manipulatif. Diagnosis sendiri didefinisikan sebagai suatu proses penting pemberian nama dan pengklasifikasian penyakit-penyakit pasien, yang menunjukkan kemungkinan nasib pasien dan yang mengarahkan pada pengobatan tertentu. Diagnosis sebagaimana halnya dengan penelitian-penelitian ilmiah, didasarkan atas metode hipotesis. Metode hipotesis ini menjadikan penyakit-penyakit begitu mudah dikenali hanya dengan suatu kesimpulan diagnostik (Handayani, 2008).
            Diagnostik dimulai sejak permulaan wawancara medis dan berlangsung selama melakukan pemeriksaan fisik. Dari diagnosis tersebut akan diperoleh pertanyaan-pertanyaan yang terarah, perincian pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk  menentukan pilihan testserta pemeriksaan khusus yang akan dikerjakan. Data yang berhasil dihimpun, akan dipertimbangkan dan diklasifikasikan berdasarkan keluhan-keluhan dari pasien serta hubungannya terhadap penyakit tertentu. Berdasarkan gejala-gejala dan tanda-tanda yang dialami oleh penderita, maka penegakan diagnosis akan lebih terpusat pada bagian-bagian tubuh tertentu. Dengan demikian, penyebab dari gejala-gejala dan tanda-tanda tersebut dapat diketahui dengan mudah dan akhirnya diperoleh kesimpulan awal mengenai penyakit tertentu (Friedman,1986).
            Untuk menentukan adanya suatu penyakit dapat dilakukan diagnosis dengan cara :
1.      Anamnesis
Anamnesis adalah keterangan pasien tentang penyakitnya dan sering merupakan bagian yang paling penting dari pemeriksaan klinis. Gejala anamnesis diketahui berdasarkan apa yang dirasakan oleh pasien (hasil observasi subjektif pasien). Contoh : sakit kepala, mual, sakit perut, lini-linu 
      Sedangkan menurut Rengganis 2008, keluhan berupa gejala yang dirasakan oleh penderita atau pasien berdasarkan hasil observasi subjektif pasien terhadap dirinya. Misalnya anamnesis yang dilakukan pada penderita penyakit Asma Bronkial yaitu riwayat hidng ingusan atau mampet (rhinitis alergi), mata gatal, batuk yang serin kambuh (kronik), flu berulang, sakit akibat pergantian musim atau perubahan cuaca, adanya hambatan beraktivitas karena masalah pernafasan.
      Untuk mengetahui anamnesis terdapat 3 tingkat utama yaitu, sebagai berikut ;
a.       Perkenalan singkat untuk membangun suatu hubungan yang efektif.
b.      Tingkat utama saat dokter mendengarkan dengan hati-hati cerita pasien.
c.       Dokter menanyakan hal-hal tertentu untuk memperjelas riwayat penyakit dan untuk mendapatkan keterangan tentang gejala-gejala yang ada sekarang, kesehatan sebelumnya, riwayat keluarga dan keadaan sosial 
2.      Tanda
      Pemeriksaan fisik yaitu hasil pengamatan obyektif dokter/tenaga kesehatan terhadap keluhan pasien. Berdasarkan apa yang ditemukan tenaga kesehatan dalam pemeriksaaan. Contoh : panas, edem, memar, kembung (Entjang, 2000). Berupa hasil pengamatan dokter atau pemeriksaan kesehatan yang boleh dikatakan merupakan suatu observasi objektif yang dilakukan terhadap penderita. Misalnya pemeriksaan kesehatan pada penderita penyakit paru dengan dilakukannya rontgen (Sylvia, 2006).
3.      Pemeriksaan tes
      Pemeriksaan testmerupakan pemeriksaan berupa upaya diagnostik dengan mempergunakan bantuan hasil uji alat-alat laboratorium atau alat teknik pemeriksaan lainnya. misalnya untuk mengetahui seseorang pemakai narkoba dengan dilakukannya test urin. Urin tersebut akan diperiksa secara laboratorium, kemudian akan digunakan sebagai pedoman untuk mengambil tindakan yang lebih lanjut unruk pengobatan terhadap suatu kelainan kesehatan (Asmadi, 2008).

Metode diagnosis pada komunitas :
1.      Interview
Metode diagnosis dengan interview yaitu metode yang dilakukan dengan wawancara terhadap pasien. Wawancara medis adalah bagian terpenting dalam proses diagnosis karena akan membantu kita dalam membentuk gambaran tentang penyakit pasien selengkap dan seakurat mungkin. Peranan wawancara medis dalam proses diagnosis ini adalah untuk memberi informasi dan membantu dokter mengetahui tentang asal serta riwayat penyakit. Pengertian tentang asal riwayat penyakit dapat menjadi diagnosis awal, yang selanjutnya mengarah pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya yang akan dijalani (Asmadi, 2008).
Selain untuk membantu diagnosis, wawancara medis juga berperan dalam pengobatan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sebuah wawancara medis dapat menumbuhkan hubungan pasien-dokter menjadi lebih baik, dan dapat pula meningkatkan motivasi pasien untuk berobat. Secara umum tujuan dari wawancara medis adalah sebagai berikut (Modul Komunikasi Pasien-Dokter, 2008).
a.         Problem Centered Interview (PCI)
            PCI terdiri dari dekskripsi yang terperinci dari keluhan pasien. Ditambah fakta-fakta yang relevan tentang riwayat kesehatan sekarang,  riwayat kesehatan yang lalu, riwayat kesehatan keluarga dan riwayat pribadi atau sosial (Basic Four / Fundamental Four). Pada umumnya seorang penderita datang kepada kita dengan satu atau sejumlah keluhan yang merupakan problem yang harus dipecahkan. Tugas kita adalah menerjemahkan tugas-tugas tersebut dalam bentuk penyakit atau diagnosis agar problemnya dapat terselesaikan.
b.         Health Promotion Interview (HPI)
HPI bertujuan untuk mendeteksi secara dini penyakit yang belum disadari oleh penderita atau memberikan keluhan. Selain itu, HPI juga mencegah penyakit dan mendapatkan data dasar yang mungkin kelak dapat digunakan untuk evaluasi.
1.      Observasi lapangan
Metode observasi lapangan merupakan metode yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung. Observasi ini yaitu metode dengan melakukan peninjauan lapangan untuk mendapatkan fakta pendukung dalam penelitian. Misalnya Observasi Kanker Payudara di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta. Hasil observasi tersebut peneliti menjumpai beberapa penderita kanker payudara yang sudah parah (Rosenta et.all, 2014).
2.      Intervensi/eksperimen
Intervensi merupakan kegiatan khusus yang dihasilkan dari proses diagnosis dan umpan balik, praktisi pengembangan organisasi digunakan untuk membawa perubahan. Tujuan dari intervensi ini meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal dan untuk meningkatkan kemampuan klien/komunitas dalam menghadapi masalah kesehatan melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier. Dikatakan juga bahwa intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Budihartono, 1994).
Mengamati suatu masyarakat, tidaklah mudah untuk mengetahui status kesehatannya (diagnosis status sakit, informasi atau data yang dipakai terbatas) (Chandra, 1996).

Hal-hal yang menghambat dalam menegakkan diagnosis adalah sebagai berikut :
a.       Memerlukan waktu.
b.      Faktor biaya yang mahal.
c.       Adanya penyakit yang tidak harus memerlukan ketiga prosedur.
d.      Adanya subjektifitas dan kelemahan dari masing-masing cara (Bustan, 2002).