TUGAS TERSTRUKTUR
ANALISIS
JURNAL TENAGA KERJA WANITA DAN ANAK
“Pengaruh Kondisi Sosial dan
Ekonomi Keluarga Terhadap Motivasi
Pekerja Anak dalam membantu Keluarga di Kabupaten Cirebon,Jawa Barat”
Disusun oleh :
Nafiah Nuzul Fajriyati
I1A015047
KEMENTERIAN
RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS
ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2016
1. Identitas Jurnal
A. Judul
Jurnal :Pengaruh Kondisi Sosial dan Ekonomi Keluarga
Terhadap Motivasi
Pekerja Anak dalam membantu Keluarga di Kabupaten Cirebon,Jawa Barat
B. Pengarang : Nunung Nurwati
C. Edisi : Vol. 10, No. 2, Juli 2008 : 112 –
121
2. Latar Belakang
Anak merupakan penerus bangsa yang akan menjadi
pemeran utama dalam mengisi pembangunan di masa mendatang, oleh karena itu
mereka harus mempersiapkan diri untuk menyongsong masa depan yang lebih baik
menjadi sangat penting. Pendidikan dan kesehatan merupakan hal penting yang
harus mereka terima sebagai bekal untuk menghadapi masa depan agar lebih baik.
Anak-anak
yang bekerja untuk mendapatkan upah, apalagi jika anak tersebut tidak sekolah
pasti akan kehilangan masa bermain dan juga sulit mencapai masa depan yang lebih baik. Hal ini
akan menjadi lebih buruk apabila anak-anak tersebut bekerja pada sektor yang
seharusnya dilakukan oleh orang dewasa. Pekerjaan tersebut bisa jadi dapat
menggangu kesehatan, mental dan jiwa anak tersebut. Pekerja anak tidak hanya di
negara-negara berkembang saja tetapi di negara maju juga, tetapi jumlah pekerja
anak di negara berkembang lebih banyak dibandingkan dengan negara maju. Di
negara maju yang telah lama mengalami industrialisasi dan mencapai
kesejahteraan sosial ekonomi yang tinggi
belum sepenuhnya terbebas dari pekerja anak. Hasil data dari ILO pada tahun
2000 memperkirakan 250 juta diseluruh dunia terpaksa bekerja. Tingginya jumlah
pekerja anak sangat berkaitanya dengan kemiskinan yang dialami negara tersebut
dan jumlah pendapatan nasional, artinya jika pendapatan nasional rendah maka
menyebabkan pekerja anak di negara tersebut lebih banyak.
Banyaknya
pekerja anak erat kaitanya dengan kemiskinan yang diamali oleh keluarga.
Beberapa faktor yang menyebabkan anak bekerja yaitu; pertama jumlah anak dalam
rumah tangga menjadi faktor yang potensial karena semakin banyak anak dalam
keluarga akan mengurangi partisipasi sekolah anak-anak dan mengurangi investasi
orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya. Dengan kata lain semakin banyak
onggota keluarga anak meningkatkan
risiko anak-anak untuk bekerja.
Faktor penentu kedua yaitu banyaknya anak-anak yang
sudah ditarik kelapangann kerja dan orangtua mengijinkan anak-anak untuk masuk
sektor merupakn strategi agar tidak berhentinya perekonomian dalam keluarga dan
tambahan pemasukan karena biasanya keluarga miskin tidak memiliki aset yang dapat dijual.
Faktor penentu ketiga ,yaitu struktur pasar kerja
yang berkaitan dengan pengupahan. Pengusaha biasanya lebih suka dalam jenis
pekerjaan tertentu dilakukan oleh pekerja anak karena pengupahan yang lebih
fleksibel.
Faktor penentu yang terakhir yaitu peran teknologi.
Pada dasarnya teknologi dapat mengurangi jumlah pekerja anak, tetapi disisi
lain teknologi dapat mendorong pekerja anak, misalnya untuk menekan pengeluaran
perusahan,yaitu menyerahkan proses produksi kepada penduduk untuk dikerjakan
dirumah dan biasanya dikerjakan
anak-anak perempuan. Hal yang paling kuat mendorong anak-anak kedalam
lingkungan pekerjaan adalah eksploitasi dari kemiskinan, tetapi kemiskinan
bukanlah satu-satunya faktor. Salah satu faktor lain yaitu pendeknya pemikiran
orang tua akibat rendahnya pendidikan. Tampaknya kemiskinan memiliki dampak
yang sangat besar dan berantai terhadap anak yang masih dalam kandungan sampai
bersaing di pasar kerja.
Pada tahun 2002 pemerintah menetapkan UU Nomor 23
tahun 2002 mengenai Perlindungan Anak, berdasarkan peraturan yang ada sekarang
ini, usia minumum pekerja anak adalah 15 tahun dan pekerja anak tidak
diperbolehkan bekerja dalam jenis-jenis pekerjaan yang membahayakan kesehatan
anak. Pekerja anak seringkali mengerjakan pekerjaan yang menghambat
perkembanganya misalnya jam kerja yang terlalu lama, sring meghirup zat-zat
kimia, cenderung serin diperlakukan salah, rentan terhadap eksploitasi, serta
pekerja anak tidak dapat mengembangkan diri secara fisik, mental dan
intelektual.
Berdasarkan hasil survei pekerja anak usia 10-14
tahun yang bekerja selama periode 2000-2003 jumlahnya telah mengalami penurunan
yaitu dari 104.839 orang menjadi 64.563 orang. Adapun yang menjadi pokok
bahasan dalam penelitian ini adalah bagaimana kondisi sosial dan ekonomi
keluarga mempengaruhi motivasi pekerja anak dalam kontribusinya bagi keluarga.
Penelitan ini dilakukan didaerah pedesaan kabupaten Cirebon.
3.
Metode
penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei. Metode
survei yang digunakan adalah explanatory survei atau confirmatory. Analisa dan
interpretasi data dalam penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu
pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Analisa dan interpretasi kualitatif
dilakukan secara deskriptif sedangkan analisa dan interpretasi kuantitatif
menggunakan teknik statistik. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu wawancara terstruktur dengan menggunakan
daftar pertanyaan dan observasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah anak yang berumur kurang dari 18
tahun yang sedang bekerja di sektor industri (sektor formal) atau home
industry. Data yang tercatat pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Cirebon sampai dengan Desember tahun 2006 jumlah pekerja anak adalah sebanyak
488 orang, jumlah sampel yang diambil sebanyak 165 pekerja anak. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan
cara purposive dengan pertimbangan; di daerah tersebut jumlah pekerja anak lebih banyak daripada
desa-desa lainnya. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka lokasi penelitian ini
mengambil 7 wilayah kecamatan yakni; Kecamatan Plered, Weru, Depok, Tengah
Tani, Duku Puntang, Palimanan, dan Mundu. Dengan pertimbangan yang sama, dari
masing-masing kecamatan tersebut ditentukan dua desa.
4.
Hasil
dan Pembahasan
Hasil observasi menemukan rata-rata pekerja anak
bekerja selama 7,72 jam per hari. Mereka bekerja 6 hari per minggu. Menurut UU
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bahwa anak tidak boleh bekerja
lebih dari 4 jam per hari dan tidak boleh mempekerjakan anak pada
kegiatan/pekerjaan yang membahayakan. Bila merujuk ke Undang-undang tersebut
dapat dikatakan bahwa pengusaha yang telah mempekerjakan pekerja anak lebih
dari 4 jam perhari telah melangar UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
Pekerja anak menerima upah
Rp. 63,968 per minggu, ini sangat jauh dibawah standar upah minimum.
Upah minimum Kabupaten Cirebon berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat No
561/KEP,1020/Bangsos 2006 yaitu sebesar Rp. 600,000 per bulan. Padahal sebagian
anak merupakan tulang punggung keluarga.
Hasil perhitungan statistik diketahui besaran
pengaruh kondisi sosial dan ekonomi terhadap motivasi pekerja dalam memberikan
bantuan untuk keluarga, sebagai berikut;
a. Pengaruh
kondisi sosial keluarga berdasarkan penilaian atau sikap pekerja anak
mengenai status sosial orang tua,
pendidikan orang tua dan mata pencaharian orang tua. Hasil perhitungan dengan
menggunakan rumus regresi linier
diperoleh nilai koefisien determinasi multiple (R2yx1) atau nilai total
pengaruh simultan aspek sosial terhadap motivasi sebesar 0,281 (28,1 persen)
sedangkan faktor lain (epsilon) sebesar 71,9 persen. Untuk melihat besaran
pengaruh dari masing-masing indikator dalam dimensi kondisi sosial keluarga
terhadap variabel motivasi dilakukan
penghitungan secara parsial, hasil penghitungan menunjukkan bahwa
pengaruh paling besar terhadap motivasi pekerja anak adalah dari variabel latar
belakang pendidikan kepala keluarga (ayah) yaitu sebesar 23,1 persen, kemudian
diikuti kedudukan status sosial orang tua (kepala keluarga) sebesar 13,4
persen, dan mata pencaharian orang tua sebesar 19,1 persen. Angka ini memberi
makna bahwa penilaian atau sikap pekerja anak mengenai latar belakang pendidikan
ayahnya memiliki pengaruh yang cukup dominan terhadap motivasi pekerja dalam
memberikan bantuan untuk keluarga.
b. Pengaruh
Kondisi Ekonomi Keluarga terhadap Motivasi Peker-ja Anak. Kondisi ekonomi
keluarga merupakan bagian integral dari kondisi sosial ekonomi yang
dimanifestasikan dalam bentuk penilaian atau sikap pekerja anak mengenai; (1)
kecukupan pendapatan bagi kehidupan keluarga, (2) beban tanggungan keluarga. Berdasarkan
perhitungan koefisien determinansi dari analisis jalur, pengaruh kondisi ekonomi
terhadap motivasi pekerja anak dalam membantu keluarga sebesar 34,1 persen, sedangkan
faktor lain sebesar 65,9 persen.
Selanjutnya, hasil penghitungan
dengan menggunakan regresi linier multiple diketahui besaran dari masing-masing
indikator kecukupan pendapatan dan beban tanggungan keluarga. Ternyata motivasi
pekerja anak dalam berkontribusi bagi orang tua lebih banyak dipengaruhi oleh
penilaian yang dilakukannya tentang pengeluaran keluarga sebesar 17,4 persen,
sedangkan pengaruh beban tanggungan keluarga terhadap motivasi berkontribusi
sebesar 17,3 persen. Selanjutnya, hasil penghitungan dengan menggunakan regresi
linier multiple diketahui besaran dari masing-masing indikator tersebut dan
hasilnya sama seperti menggunakan reggresi linier yaitu 17,4 persen dan 17,3
persen. Keduanya menunjukkan perbedaan yang sangat kecil. Hal ini dimungkinan
karena kehidupan keluarga pekerja anak di daerah penelitian sangat transparan
terhadap anak-anaknya, fakta di lapangan menemukan bahwa permasalahan atau
kesulitan ekonomi yang dihadapi oleh keluarga akan diketahui anak, sehingga
anak di daerah penelitian terlihat lebih ”matang” (dewasa) dibandingkan dengan
anak seusianya yang tinggal di daerah perkotaan dengan kondisi sosial yang
lebih tinggi. Apabila dibandingkan dengan dimensi sosial ternyata dimensi
ekonomi lebih dominan pengaruhnya. Artinya kondisi ekonomi keluarga yang
tergolong miskin telah menjadikan anak-anaknya sebagai pekerja bahkan
diantaranya merupakan tulang punggung
keluarga.
5.
Kesimpulan
a.
Kondisi sosial keluarga mempengaruhi
motivasi pekerja anak dalam kontribusinya pada keluarga. Derajat pengaruh
persepsi pekerja anak mengenai pendidikan kepala keluarga lebih kuat
dibandingkan dengan derajat pengaruh indikator lainnya (status sosial keluarga
dalam struktur masyarakat setempat, dan mata pencaharian orang tua). Sebagian
besar pendidikan kepala keluarga rendah (sekolah dasar), sehingga kurang
memiliki apresiasi terhadap pendidikan anak. Anak akan dibiarkan untuk
menentukan akan tetap sekolah atau berhenti sekolah dan memilih bekerja. Dengan
demikian pendidikan kepala keluarga berpengaruh pada motivasi pekerja
anak.
b.
Hasil penelitian menunjukkan kondisi
ekonomi keluarga pengaruhnya lebih dominan dari kondisi sosial terhadap
motivasi pekerja anak dalam berkontribusi bagi keluarga. Kondisi ekonomi
keluarga yang diaplikasikan ke dalam bentuk
penafsiran atau penilaian yang dilakukan oleh pekerja anak mengenai
pendapatan dan beban tanggungan keluarga. Berdasarkan hasil perhitungan
diketahui kondisi ekonomi mempengaruhi kontribusi yang dilakukan oleh pekerja
anak dalam upaya membantu keluarga. Beban tanggungan keluarga memiliki pengaruh
lebih besar daripada pendapatan (identik dengan pengeluaran). Secara umum
kehidupan keluarga dengan kondisi sosial dan ekonomi rendah yang tinggal di
pedesaan lebih transparan dalam hal mengemukakan keadaan keluarganya. Dalam
keluarga semacam ini hampir tidak ada privacy sehingga anak akan mudah
mengetahui keadaan kehidupan orang tuanya. Umumnya pekerja anak berasal dari
keluarga miskin, dengan demikian pemicu anak bekerja karena kemiskinan.
6.
Kelebihan
Jurnal
a. Isi
jurnal singkat, jelas dan mudah dimengerti
b. Penggunaan
kata yang tepat dan baku serta memperhatikan kerapihan dalam penulisan
c. Sesuai
dengan kaidah penulisan karya ilmiah atau jurnal
7.
Kekurangan
Jurnal
a. Jurnal
tidak terdapat saran
b. Metode
dan hasil penelitian tidak dijabarkan secara jelas
c. Daftar
pustaka yang digunakan terlalu sedikit
DAFTAR PUSTAKA
Basu, K. 1999. Child labor: Cause,
Consequence and Cure, with Remarks on International Labor Standards. Journal of Economic Literature 37(3):
1083 - 1119.
Bellamy, Carol. 1997. Laporan Situasi Anak-anak di Dunia 1997. Jakarta: Unicef.
Grootaert, C and R. Kanbur. 1995. Child
Labour: An Economic Perspective in International Labour Review, No. 2 Vol 134.
Irwanto. 1999. Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus: Analisis Situasi.
Jakarta: PKPM Atma Jaya.
Kerlinger, F N. 1973. Foundation of Behavioral Research. 2 nd
ed. Holt Rinchart and Witston.
Seacombe, K. 2000. Family in Poverty in
The 1990s: Trends, Causes, Consequences and Lessons Learned. Jounal of Marriage
and The Families. Vol. 62 No 4.
White, Ben. 1994. Children, Work, and Child Labour; Changing Response to The Employmentt
of Children. Inaugural Address Delivered on 16 June 1994 as Professor of
Rural Sosiology at The Institute of Social Studies, The Hague,
Netherlands.
Wiyono, Nur Hadi. 2001. Pekerja Anak di
Indonesia : Tinjauan Teoritis dan Empiris.
Dalam Warta Demografi Tahun ke 31 Nomor 4 Tahun 2001. Jakarta: Lembaga
Demografi Universitas Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar